Semenjak BNI VCN yang biasa saya gunakan ditolak beberapa penyedia layanan beberapa hari ini, saya kalang kabut. Adapun layanan yang sudah tidak bisa menerima pembayaran dari virtual number adalah VPSDime, Spotify, Feedly, dan yang paling penting adalah Watermark.ws. Belum saya telusuri lebih jauh kenapa virtual number-nya selalu ditolak.
Ya, saya menggunakan Watermark.ws semenjak beberapa bulan yang lalu. Layanan ini memudahkan saya untuk menambahkan teks pada gambar dengan mode tumpak. Karena berbasis awan, saya bisa akses kapan saja gambarnya selama terhubung dalam jaringan internet. Awalnya, saya masih betah menggunakan akun gratisan dengan beberapa batasan. Lama-lama, gatel juga untuk menaikkan levelnya ke pro-member.
Sebelum berpindah ke Watermark.ws, saya menggunakan aplikasi desktop di Linux dengan nama Phatch (Photo Batch). Phatch ini punya banyak fitur di dalamnya (resize, watermark, text, flip, dst), namun sedikit kesulitan untuk mengaturnya. Antarmuka aplikasinya pun tidak terlalu nyaman ketika digunakan. Setiap kali membuat workflow, kita harus menyimpan berkas profile-nya agar dapat digunakan lain waktu. Nah, di sinilah masalahnya. Seringkali saya lupa menaruh berkas profile-nya di mana, dan jadi kesulitan ketika menggunakan aplikasi yang sama pada komputer yang berbeda. Jika membuat profile baru, dipastikan hasilnya berbeda dengan gambar-gambar sebelumnya.
Beberapa hari yang lalu, seorang rekan bloger pecinta Linux bertanya:
"Software apa yang biasa digunakan untuk menambah watermark dan resize? Dalam mode tumpak tentunya".
Saya menyarankan Phatch. Karena memang perangkan lunak ini yang biasa saya gunakan sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, dia menjawab sendiri pertanyaan yang dia ajukan dengan mengatakan kalau sudah menemukan alternatif perangkat lunaknya, XnConvert namanya. Belum tersedia di repositori Ubuntu, perangkat lunak ini dapat diunduh langsung melalui penyedia layanan seperti SoftPedia.
Penasaran dengan perangkat lunak tersebut, saya coba untuk mengunduh dan menginstalnya di laptop pribadi dengan basis sistem operasi Linux Mint 18.01.
Antarmukanya sederhana, tanpa ada menu utama. Digantikan oleh beberap tab yang berisi konten seperti pengaturan, input berkas, dan proses.
Workflow-nya sederhana. Tanpa harus membaca dokumentasi, kita sudah paham betul apa yang harus dilakukan agar menghasilkan gambar sesuai yang diiginkan. Sebagai contoh, saya ingin menambahkan watermark berupa teks pada bagian kiri bawah gambar.
Cukup dengan klik tombil Add Action, kemudian memilih Text pada kategori Image. Cukup dengan satu langkah ini, kita sudah mengimplementasikan watermark berbasis teks pada beberapa gamabr sekaligus. Langkah terakhir adalah menentukan lokasi penyimpan gambar, kemudian mengklik tombol Convert untuk memulai proses. Sebagai informasi, saya butuh kurang dari sepuluh detik untuk memanipulasi 50 gambar. Cepat juga ya. 😁
Karena banyaknya aksi yang tersedia dalam XnConvert, nampaknya tidak perlu perangkat tambahan untuk memanipulasi gambar. Resize, kompres, sampai penambahan watermark cukup dilakukan menggunakan XnConvert sebelum tayang di blog.
Berhubung penggunannya mudah serta BNI VCN saya sudah tak dapat digunakan, berikutnya --entah sampai kapan--, saya akan terus menggunakan XnConvert untuk memanipulasi gambar yang akan dipublikasikan di bentara.id. 😃
Bagi yang ingin mencari perangkat lunak alternatif, bisa baca artikel berikut: 7 Free Apps to Batch Edit Images .