Bagi pehobi sepeda yang menggunakan Strava untuk melacak aktivitas olahraga mereka, pasti familier dengan beberapa tantangan yang ada di Strava. Salah satu yang cukup bergengsi adalah Gran Fondo.

Trofi Gran Fondo bisa didapatkan oleh atlit, khususnya pesepeda yang menyelesaikan aktivitas bersepeda sejauh 100 kilometer atau lebih tanpa putus dalam sekali jalan, di dalam ruangan (indoor) maupun luar rungan (outdoor).

Menjadi bergengsi mengingat tidak semua orang mampu menyelesaikannya, apalagi di tantangan awal sudah diikuti bayang-bayang jarak tempuh sejuah 100 kilometer. Membayangkannya saja sudah melelahkan. Kepanasan, kehabisan tenaga, sampai dengan berjibaku dengan pengendara lain di jalan raya. Rasanya ingin mengumpat saja, bahkan sebelum mengayuh sepedanya.

Dengan target 100 kilometer dan hanya mementingkan jarak tempuh tanpa melihat hasil lain seperti kecepatan rata-rata atau durasi perjalanan, kita bisa meraih Gran Fondo dengan beberapa tips berikut.

Sebagai informasi tambahan, tips ini berlaku untuk kegiatan bersepeda di luar ruangan (outdoor).

Pilih Jenis Sepeda

Banyak orang bilang:sepeda apa aja bisa, yang penting sepedaannya, bukan sepedanya. Ini tidak salah, tapi tidak sepenuhnya benar.

Bagi saya:

Sepeda akan lebih optimal digunakan pada medan yang sesuai.

Itulah kenapa ada banyak jenis sepeda yang diproduksi di dunia. Umumnya, sepeda terbagi dua jenis, yaitu sepeda gunung (MTB [Mountain Bike]) dan sepeda balap (roadbike). Masing-masing jenis sepeda punya cabang lagi dan diperuntukkan pada medan yang berbeda.

Menggunakan sepeda gunung di jalan raya masih tetap bisa jalan, tapi bakal lebih optimal dan nyaman jika menggunakan sepeda balap yang ringan, ban kecil, dan aerodinamis.

Maka, jika kamu ingin menyiksa diri, bisa menggunakan sepeda gunung di jalan raya. Kalau ingin menyiksa sepeda, bisa menggunakan sepeda balap di medan bebatuan.

Nah, cobalah bertanya pada diri sendiri mengenai minat dalam bersepeda. Jika lebih menyukai jalan yang mulus seperti aspal dengan menonjolkan kecepatan, maka sepeda balap adalah pilihan yang tepat.

Jika lebih suka melewati jalan yang terjal, dipenuhi dengan kerikil atau bebatuan serta keindahan alamnya, sepeda gunung sudah paling pas.

Atau, jika ingin bersepeda di dua alam, off-road dan on-road sekaligus, maka sepeda hybrid atau gravel adalah pilihan yang bagus.

Marin-Bukit

Persiapkan Tenaga dan Dengkul

Tidak peduli kamu adalah pesepeda lama atau bahkan peseda baru, membiasakan diri dengan latihan bersepeda adalah bekal mutlak yang harus disiapkan untuk Gran Fondo. Jangan sampai hal-hal yang membahayakan terjadi pada diri ketika sudah terlalu ngebet untuk mendapatkan trofi padahal persiapan belum ada sama sekali.

Latihan bersepeda bisa dimulai dengan jarak tempuh sejauh 10 kilometer pertama, dilanjutkan dengan 20 kilometer di hari berikutnya, dan peningkatan jumlah kilometer di hari lainnya. Ada baiknya jika medan yang dilewati juga bervariasi, seperti jalan lurus & mulus, tanjakan, aspal, sampai dengan jalan kerikil.

Konsistensi dalam latihan perlu, tapi kasih kesempatan juga buat tubuh untuk beristirahat. Latihan lima kali dalam seminggu dan dua hari untuk istirahat merupakan awal yang bagus.

Selain untuk mengukur batas diri dan meningkatkan tenaga, latihan dengan konsisten juga membiasakan diri agar “menyatu” dengan sepeda yang digunakan. Istilahnya, udah dapat chemistry-nya begitu.

Tentukan Rute

Kelihatannya sepele, tapi sebenarnya ini cukup penting. Dengan merencanakan rute perjalanan, kita dapat memastikan kalau jarak tempuhnya adalah 100 kilometer atau lebih. Jangan sampai ada kejadian ketika sudah mendekati rumah atau garis akhir, ternyata jarak tempuh baru mencapai 80 kilometer. Kalau sudah begini, saya jamin bakal malas untuk melanjutkan sampai tercapai target. Apalagi kondisi badan sudah kelelahan disertai bayang-bayang tempat tidur di depan mata.

Selain memastikan jarak, membuat rute juga memudahkan kita untuk mengenali medan seperti jenis jalan, elevasi (tanjakan dan turunan), serta menentukan titik-titik peristirahatan.

Dari rute yang dibuat juga, kita bisa menyesuaikan jalan yang mampu dilalui oleh tubuh serta sepeda yang digunakan. Apabila ingin menghemat tenaga, maka jalan mulus dan minim tanjakan bisa jadi pilihan. Kalau suka tantangan, separuh perjalanan merupakan tanjakan dan sisanya adalah turunan juga pilihan rute yang menyenangkan.

Di Strava, hanya akun premium yang bisa membuat rute. Jika punya budget berlebih untuk olahraga, mungkin bisa digunakan untuk berlangganan akun premium di Strava. Kalau pun tidak, maka jangan berkecil hati, ada layanan lain yang memungkinkan kita untuk membuat rute tanpa harus membayar untuk route planner. Komoot misalnya.

Bawa Bekal untuk Tenaga Ekstra di Jalan

Memakan makanan bergizi sebelum berangkat mutlak diperlukan. Namun, jangan lupa untuk menyiapkan bekal selama di perjalanan nantinya.

Air yang paling utama. Pastikan badan kita terhidrasi untuk setiap 20 kilometer jarak tempuh. Jika rute yang dilalui melewati beberapa minimarket, kita tidak perlu banyak membawa air dari rumah dan bisa beli di sana. Minimarket juga bisa dijadikan titik untuk istirahat dan mengumpulkan tenaga.

Selain minuman, ada baiknya juga menyiapkan makanan yang cepat dikonversi oleh tubuh menjadi tenaga. Saya sendiri umumnya membawa energy-bar yang biasa dijual di minimarket. Beberapa orang memilih alternatif makanan lain, seperti buah misalnya. Pisang merupakan salah satu buah yang cepat dikonversi menjadi energi oleh tubuh.

Kamu memilih sendiri dan tau yang terbaik mana yang sekiranya nyaman untuk dibawa dan dikonsumsi selama perjalanan.

Sendiri atau Dalam Grup?

Ini dilema sebenarnya. Dengan bersepeda sendiri, kita bebas menentukan ritme bersepeda, lambat tidak ada masalah, cepat juga tidak ada yang komplain. Kekurangannya, kalau ada apa-apa di jalan, agak kerepotan mencari pertolongan.

Selain itu, bersepeda sendiri juga berpotensi membuat jenuh diri. Bagi sebagian orang, seringkali kehilangan motivasi ketika rasa jenuh datang.

Berbeda ketika bersepeda dalam kelompok. Kita bisa saling bantu jika terjadi masalah selama di perjalanan. Hanya saja, kita perlu mencari personel yang gaya bersepedanya serupa dengan diri. Jangan sampai kejadian mengeluh gegera bersepeda telalu kencang atau lambat menjadi hal yang mengganjal di grup.

Walau katanya solidaritas tinggi dalam bersepeda, tetap aja ada risih ketika mengikuti pesepeda yang jalannya lambat atau malah mengeluh ketika mengikuti pesepeda yang jalannya ngebut.


Gran Fondo dihitung dari jarak tempuh, 100 kilometer atau lebih. Kecepatan rata-rata, elevasi, dan durasi bukan bagian dari Gran Fondo. Jadi, tidak perlu memaksakan tubuh untuk mencapai hal-hal yang sekiranya di luar dari kebutuhan trofi Gran Fondo.

Fokus saja pada 100 kilometer pertama. Jika lelah, berhenti dan istirahat. Jika tidak bisa bersepeda cepat, pelan saja tidak mengapa.

Trofi Gran Fondo selalu ada setiap bulannya. Tidak usah menjadikan trofi pertama menjadi sesuatu yang istimewa dengan kecepatan yang tinggi atau durasi yang pendek. Jadikan trofi pertama sebagai titik awal buat perbandingan di trofi Gran Fondo berikutnya. Kalau sudah terbiasa dengan 100 kilometer, boleh lah untuk meningkatkan kecepatan rata-rata, memperjauh jarak tempuh, atau malah mempersingkat durasi bersepda dengan jarak yang sama.

Semoga berhasil!