Tidak semua orang betah bekerja di kantor, terikat kontrak dengan perusahaan dan terikat waktu kerja. Walau bekerja kantoran punya pendapatan pasti tiap bulannya, tak sedikit orang beranggapan bekerja lepas penuh waktu jauh lebih menguntungkan.

“Freelancing is tough. It can be very difficult, in fact. It can wear people down, making them lose sight of what they used to love because they have to do everything else just to get by.”

Mason Hipp, The Unlimited Freelancer

Pada kenyataannya, bekerja lepas penuh waktu tidak selalu menyenangkan seperti apa yang mereka (pekerja lepas) gembar-gemborkan. Namun, bekerja lepas juga tidak seburuk apa yang orang lain pikirkan. Setiap pilihan, selalu ada sisi baik dan buruknya.

Apa yang Aku Rasakan Setelah Beberapa Tahun Bekerja Remote?

Kalau ditotal, ada kali tiga tahun lamanya bekerja secara remote. Ada banyak pengalaman baru yang didapat dari bekerja remote, mulai dari cara komunikasi, menyelesaikan masalah, sampai perbedaan drama yang terjadi di perusahaan.

Tulisan ini memberikan sedikit pandangan mengenai susah dan senangnya menjadi pekerja lepas. Walau aku tidak pernah menjadi pekerja lepas penuh waktu, paling tidak aku ada gambaran serupa ketika bekerja remote penuh waktu. Selain pengalaman pribadi, beberapa hal juga ditambahkan oleh kolega yang memang benar-benar berprofesi sebagai pekerja lepas.

Berjuang Sendiri Mencari Proyek

Ketika bekerja di kantor, umumnya kita hanya menunggu perintah dari atasan untuk mengerjakan sesuatu.

Hal yang sangat berbeda untuk pekerja lepas. Kita harus bisa menjadi bos dan bawahan dalam satu waktu. Kita juga harus pandai menjalani berbagai peran yang umumnya dilakukan oleh beberapa orang, seperti pemasaran, komunikasi, sampai dengan pesuruh.

Pokoknya, apa aja bakal dilakukan untuk mendapatkan sebuah proyek sampai kesepakatan terjadi antara pihak klien dan pekerja lepas.

Dalam bekerja lepas, ada dua peranan yang sangat krusial dalam keberlanjutan adanya proyek, yaitu relasi dan portofolio. Semakin banyak relasi (baik urusan profesional maupun bukan), maka sebakin besar pula peluang kita untuk mendapatkan proyek dari kenalan kita. Portofolio juga sangat mendukung untuk menjelaskan siapa kita dan apa yang bisa kita lakukan pada orang baru.

Bayaran Seringkali Telat

Tidak ada gaji bulanan untuk pekerja lepas, apalagi kalau sering berganti proyek dan klien.

Pembayaran dari klien biasanya tergantung kesepakatan dengan pekerja lepas. Ada yang modelnya per proyek, ada juga yang per jam. Masing-masing jenis pembayaran memiliki kekurangan dan kelebihan.

Untuk pembayaran per proyek, maka invois akan dibayarkan setelah proyek selesai. Sedangkan untuk hitungan jam, pembayaran sangat tergantung dari kesepakatan klien atau bisa juga lokapasar (marketplace) yang digunakan.

Namun, baik bayaran per proyek maupun per jam, ada aja kasus kalau pembayaran bakal telat. Alasannya bisa bermacam-macam, uang belum cair lah, menunggu persetujuan bagian keuangan lah, atau sibuk lah, dan berbagai alasan lainnya.

Ketahuilah, sebagai pekerja lepas, kami bisa menunggu pembayaran telat, tapi tagihan dan cicilan ga bisa ditunda-tunda.

Dikira Pesugihan, Punya Tuyul, atau Babi Ngepet

Untuk sebagian jenis pekerjaan, khususnya pekerjaan di bidang IT yang hanya membutuhkan komputer dan internet, sudah pasti mereka lebih sering bekerja di rumah. Bagi tetangga yang tak paham sistem kerja remote, maka ini sedikit mengherankan. Apalagi kalau pekerja tersebut jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Maka, tidak heran kalau ada desas-desus dari omongan tetangga kalau pekerja lepas punya hal-hal gaib yang memperkaya dirinya. Bagaimana tidak, setiap hari di rumah terus, tapi bisa bayar cicilan sepeda motor Yamaha N-Max.

Susah Mengajukan KPR di Perbankan atau Pinjaman di Lembaga Keuangan Lainnya

Sekarang aku tanya, sebagai pekerja lepas, kamu ingin mengajukan pinjaman sebagai apa? Sebagai karyawan atau sebagai pemilik usaha?

Jika mengajukan sebagai karyawan, pasti ada beberapa syarat yang tidak bisa dipenuhi, seperti slip gaji misalnya. Jika mengajukan sebagai pengusaha, ada dokumen lain yang jauh lebih ribet untuk disiapkan, seperti Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

Bisa sih mengajukan sebagai pekerja lepas. Namun, umumnya perbankan tidak mau ambil risiko. Walaupun permohonan kita diterima oleh bank, tapi bisa dipastikan kalau aplikasi kita bakal lebih sering ditolak.

Solusinya? Tak ada kata lain selain:

Pelihara lebih banyak tuyul.

Kerja lebih giat, nabung yang banyak.

Bingung Menjelaskan Profesi kepada Orang Lain, Khususnya (Calon) Mertua

Orang asing: "Kerja di mana Mas?"

Saya: "Saya kerja di rumah Pak, kerja remote, sebagai freelancer, ngerjain proyek bla bla bla..."

Orang asing: "Oh, belum kerja ya. Ya semoga segera dapat kerjaan ya!"

Bagiku, menjelaskan bidang kerjaan yang aku geluti aja susahnya setengah mati. Terlebih menjelaskan pada generasi baby boomer yang tidak bertumbuh bersama teknologi informasi. Sekarang, ditambah menjelaskan sistem kerja lepas yang kliennya gonta-ganti, yang produknya berbentuk maya, serta tidak perlu ngantor tiap hari.

Yang bisa aku katakan hanya:

Saya kerja di rumah, tapi beneran, ada duitnya kok!


Tidak Perlu Pusing Belanja Seragam dan Perlengkapan untuk Bekerja

Di perusahaan korporasi, ada aturan mengenai seragam kantor. Hari Senin pakai ini, hari Selasa pakai itu, dan seterusnya. Walau, di perusahaan rintisan sudah mulai membebaskan cara berpakaian, tapi apakah kamu pernah bekerja hanya menggunakan kaus singlet dan sarung?

Pekerja lepas bisa melakukan itu. Dengan catatan kalau kerjanya di rumah, bukan di kedai kopi atau working space.

Bebas Menentukan Tempat Kerja dan Waktu Kerja

Sebenarnya pekerja lepas itu ada juga yang harus ngantor, khususnya yang terikat dengan perusahaan. Namun, jauh lebih banyak pekerja lepas yang tidak terikat tempat kerja dan waktu kerja sama sekali dan kliennya.

Hal ini memberikan kelebihan yang tidak didapat oleh karyawan kantor. Mau kerja di mana aja dan kapan aja bebas, selama proyek bisa terselesaikan.

Pendapatan Lebih Banyak Dibanding Karyawan (Kalau Proyek Lagi Banyak)

Bagi pekerja di bidang IT seperti aku, maka klien dari Eropa dan Amerika adalah sasaran empuk untuk meningkatkan pendapatan. Walau mereka membayar pekerja lepas di bawah standar negera mereka, umumnya nilainya menjadi besar bagi pekerja di Indonesia.

Tergantung jenis pekerjaan yang kita ambil, jika dirata-rata pendapatan per jam menjadi pekerja lepas jauh lebih besar dibanding menjadi karyawan biasa. Dengan catatan:

Kalau proyek ada terus DAN bayaran lancar.