Tanggal 9 Maret lalu, Indonesia kebagian jatah lintasan gerhana matahari. Konon fenomena tersebut bakal terjadi setiap 18 tahun sekali dengan lintasan yang belum tentu sama. Walau begitu, tidak semua wilayah di negeri tersebut mendapatkan jatah gerhana matahari total. Seperti di Yogyakarta misalnya, berdasarkan kategori gerhana matahari yang ada di Wikipedia, bakal mendapati gerhana matahari sebagian.
Gerhana sebagian, terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan.
Untuk memperingati momen langka tersebut, beberapa wilayah di Yogyakarta dijadikan sebagai tempat untuk menyaksikan gerhana tersebut beramai-ramai. Tidak hanya menyaksikan, dianjurkan juga bagi yang yang muslim untuk melaksanakan sholat gerhana. Sebut saja UIN dan Tugu Jogja sebagai tempat terdekat dari kota.
Gerhana matahari tidak boleh disaksikan langsung dengan mata telanjang. Selain karena tidak jelas secara visual karena terlalu terang, juga bisa mengakitbatkan kerusakan pada mata. Oleh karenanya, ada alat khusus yang dapat digunakan berupa kacamata untuk memandang ke arah matahari. Beberapa waktu lalu sempat dibagikan gratis di Taman Pintar.
%ads-link%
Hal yang serupa juga terjadi apabila kita ingin mengabadikan momen tersebut dengan kamera, tentu juga dibutuhkan peralatan khusus agar gambar yang dihasilakan bisa dilihat dengan nyaman dan apa adanya.
Normalnya, untuk foto gerhana butuh lensa dengan focal length 400-1000mm. Selain itu, juga dibutuhkan solar filter yang berfungsi untuk melindungi sensor serta menggelapkan cahaya yang masuk ke sensor kamera. Alternatif solar filter, bisa menggunakan filter ND1000 atau minimal sekali ND400.
Filter ND tersebut juga bisa digunakan untuk melihat gerhana secara langsung loh...
Nah, sayangnya focal length terpanjang yang saya punya adalah 250mm dan filter ND yang terpasang di lensa sesuai dengan batas minimal yang dianjurkan, Haida ND400. Hasilnya? Gerhana mataharinya tetap kelihatan walau saya tidak mendapatkan foto close-up yang maksimal.
Oh ya, menariknya beberapa hari sebelum terjadinya gerhana, di beberapa grup Fcebook yang membahas fotografi dibagikan DIY (Do It Yourself) project untuk membuat filter sendiri. Holder-nya, biasanya dibuat dari kabus atau kartun, sedangkan filter-nya variatif, bisa diambil dari disket, kaca film, atau film negatif yang dilapis-lapis. Kalau bikin sendiri, tentunya harganya jauh lebih murah. Ada yang mengklaim cuma habis dua puluh ribuan, jauh lebih murah dibanding filter khusus lensa yang harganya ratusan ribu.
Satu lagi anjuran ketika ingin mengambil foto menggunakan kamera; jangan menggunakan view-finder kamera, akan lebih baik menggugunakan live-preview. Karena, melihat langsung dari view-finder sama saja dengan melihat gerhana matahari secara langsung.
Nah, niat awalnya, saya mau bikin timelapse dengan mode live-preview diaktifkan. Eh, ternyata malah mengundang beberapa gerombolan yang menyaksikan gerhana dari kamera. :D