Sistem kerja remote masih dianggap hal yang aneh, khususnya di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat, kalau bekerja itu ya ngantor. Berkumpul di suatu tempat (permanen) untuk memecahkan masalah, kemudian mendapat gaji tiap rentang waktu tertentu.

Pada dasarnya, bekerja remote juga sama. Sama-sama mengerjakan sesuatu dan sama-sama dibayar oleh perusahaan juga. Yang membedakan adalah lokasi kerjanya. Dengan sistem remote, sebenarnya gak perlu kantor khusus untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kerja.

Permasalahan utama ketika kita menyebut frasa kerja remote adalah orang selalu berpikir ke arah remote AC atau remote TV, hal ini membuat orang-orang terheran sambil berpikir:

“Apa hubungannya bekerja dengan remote? Maksudnya bekerja benerin remote kah?”.

Padahal secara harfiah, remote berarti jauh. Jika digabungkan dengan kata lain, semisal TV remote control, maka akan bermakna pengontrol TV jarak jauh. Hal serupa juga berlaku buat frasa bekerja remote yang berarti bekerja jarak jauh.

Walau sudah dijelaskan panjang lebar mengenai sistem kerja remote, penanya masih saja dibuat terheran-heran, sambil melanjutkan pertanyaan. “Memang ada ya pekerjaan macam itu?”.

Berterima kasihlah pada internet, dengan adanya jaringan ini, batas ruang dan jarak bisa dipersempit. Orang-orang tak harus bertatap muka secara langsung untuk membahas sesuatu dan memecahkan masalah. Kita hanya perlu duduk diam dalam sebuah ruangan bekerja sambil koloran.

Apa Bedanya dengan Pekerja Lapangan?

Sebagian besar aktivitas pekerja lapangan dilakukan di luar kantor. Namun, mereka masih punya kantor utama tempat kembali, baik sekadar membuat laporan atau rapat dengan atasan.

Paradigma bekerja remote sedikit berbeda. Kebanyakan tetap bekerja dalam sebuah ruangan, hanya saja ruangan yang digunakan tidak disediakan langsung oleh perusahaan. Ruang kerja ini bisa bermacam-macam bentuknya, bisa berupa kamar tidur, bisa juga co-working space yang mulai menjamur. Sederhananya, di mana dia bekerja, di situlah kantornya.

Apakah dengan ini pekerja remote itu harus selalu bekerja di ruangan tersendiri?

Tidak juga. Ada juga pekerja remote yang bekerja di lapangan. Tapi sekali lagi, pekerja remote itu tidak terikat tempat (dan umumnya tidak terikat waktu).

Apakah Semua Pekerja Remote Berarti Pekerja Lepas?

Anggapan yang seringkali keliru adalah kalau bekerja remote itu berarti dia pekerja lepas atau dalam bahasa Inggris disebut freelancer.

Perlu dipahami, kerja remote itu adalah sistem kerja, lawan katanya adalah on-site yang berarti harus diam di tempat (kantor). Sedangkan pekerja lepas itu adalah sistem kontrak, perjanjian antara pemberi kerja dan pekerja. Jadi, sistem kerja dan sistem kontrak ini bisa dikombinasikan sebenarnya.

Ada yang bekerja penuh waktu (full-time) tapi sistem kerjanya remote. Ada juga yang bekerja sebagai pekerja lepas, kontrak, atau paruh waktu di sebuah perusahaan tapi harus on-site atau bekerja di kantor dari pukul 08-16.

Profesi Apa yang Umumnya tersedia Bagi Pekerja Remote?

Dengan mengandalkan internet sebagai media untuk bertukar informasi, maka profesi yang paling sering menggunakan sistem kerja remote adalah industri kreatif dengan produk berupa konten digital.

Di Indonesia, pemrogram (programmer) adalah salah satu profesi yang bisa dilakukan dari jarak jauh. Dengan sistem remote, pemrogram mendapat peluang lebih besar untuk bekerja di perusahaan luar negeri tanpa harus berpindah domisili.

Beberapa profesi lainnya bisa berupa graphic/web designer, copy writer, tukan gambar komik, admin server, atau apapun yang sekiranya kamu anggap bisa menghasilkan produk digital dan dapat didistribusikan melalui internet.

Terakhir, Apakah Bekerja Remote lebih Baik dibanding Bekerja On-site?

Setiap pilihan punya sisi baik dan buruk, ada kelebihan dan kekurangan. Di awal, bekerja secara remote itu nampak keren, punya banyak waktu luang. Namun, di balik kelebihan tersebut ada beberapa kekurangan yang hanya dirasakan oleh pekerja remote. Salah satunya harus bersikap pura-pura kerja.